3 PROFIL ORANG SUKSES KARNA WIRAUSAHA
1.Hj. HARFANA ALWI
Hj.
Harfana Alwi atau akrab dipanggil dengan Anha ini merupakan seorang pengusaha
sukses asal Kota Bone Sulawesi Selatan dengan Nama Perusahaannya yaitu PT
Harfana Halim Indah. Anha ini, lahir di Watampone Kabupaten Bone pada Tanggal
26 September 1990, merupakan anak pertama dari 3 (tiga) bersaudara. Ia termasuk
seorang anak yang lahir dari keluarga yang berada, ia memiliki banyak skali
skill (kemampuan) dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang kewirausahaan.
Sekarang ini, Anha sedang menempuh pendidikannya di Jurusan Kedokteran Umum
Universitas Hasanuddin, dibalik kesibukannya tersebut, Ia juga merupakan
Pimpinan Utama (Direktur) dari Perusahannya tersebut.
Perusahaan PT Harfana Halim Indah yang
dikelola oleh Harfana ini asal mulanya, ditangani oleh Ayahnya (H.Muhammad
Alwi), ia hanya melanjutkan perjuangan dan cita-cita Ayahnya. Usaha ini
mempunyai sejarah sebagai Berikut: Usaha ini sebelumnya dibangun oleh Ayah dari
Sdri. HJ.Harfana Alwi yaitu H.Muhammad. Alwi yang sebelumnya berprofesi sebagai
tukang gigi. Ia memulai usahanya dengan mengumpulkan modal sedikit demi sedikit
ke dalam tabungannya yaitu BRI hingga mencukupi untuk meraih impiannya
tersebut. Modal tersebut dikumpulkannya dari usahanya sebagai tukang gigi, dan
modal tambahan yang diberikan dari kakek Sdrii HJ.Harfana Alwi yang bekerja
sebagai petani. Usaha ini pada awalnya berkembang dengan sangat lambat
disebabkan oleh factor modal, namun dengan adanya peminjaman kredit pada Bank,
maka usaha ini terus mengalami perkembangan.
Setelah
HJ.Harfana Alwi berusia 17 tahun, ayahnya mewariskan atau
memindahtangankan seluruhnya usaha ini kepadanya.
Sehingga ia merasa pada usia tersebut sebagai usia yang menuntunnya untuk
menjadi seorang wirausaha dari usaha yang dicetuskan oleh Ayahnya. Selama
berada di tangan HJ.Harfana Alwi, usaha ini terus menerus mengalami perkembangan
pesat, ia melakukan sedikit perubahan-perubahan pada organisasi usaha ini,
dimana perubahan ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi calon
pembelinya.
Yang menjadi trik utama dalam usaha Real Estate ini adalah, mencari lokasi atau sasaran pembangunan yang kurang persaingan dalam lokasi tersebut. Seperti di daerah perkotaan yang padat penduduk, namun kurang persaingan pada lokasi tersebut. Dalam usaha ini, dilakukan di daerah Bone, Bombana, dan Palopo. Maka dari hal tersebut, sehingga lahirlah suatu perusahaan yang besar, yang dikelolah oleh tangan-tangan yang terampil pada bidangnya masing-masing.
Yang menjadi trik utama dalam usaha Real Estate ini adalah, mencari lokasi atau sasaran pembangunan yang kurang persaingan dalam lokasi tersebut. Seperti di daerah perkotaan yang padat penduduk, namun kurang persaingan pada lokasi tersebut. Dalam usaha ini, dilakukan di daerah Bone, Bombana, dan Palopo. Maka dari hal tersebut, sehingga lahirlah suatu perusahaan yang besar, yang dikelolah oleh tangan-tangan yang terampil pada bidangnya masing-masing.
Berikut ini adalah sekilas tentang Perusahaan PT Harfana Halim Indah:
Jenis Usaha : Real
Estate “Pengadaan Jual Beli Rumah dalam lingkungan suatu Perumahan”
Tanggal Berdiri :
Tahun 1985
Tempat
Berdiri : Watampone, Kabupaten Bone Sulawesi Selatan
Modal awal: Rp. 500.000,-
Sumber Modal :Tabungan
Sendiri (dari Usaha-usaha sebelumnya seperti Usaha Sebagai Tukang Gigi dan
tambahan dari orang Tua)
Omset: Rp.
2.000.000.000,-/Bulan
Lokasi Usaha: Tersebar di berbagai
Provinsi di Pulau Sulawesi seperti Sulawesi Selatan pada umumnya, Sulawei
tenggara, dan Sulawesi Tengara.
Pusat/Kantor Lokasi
Usaha:
1. Jalan
Sambaloge Baru Watampone, Kabupaten Bone.
2. Jalan
Poros Palopo-Belopa, Kabupaten Palopo.
3. Bombana,
Sulawesi Tenggara
Nama-nama Perumahan:
1. BTN
Harfana halim Indah Permai
2. BTN
Harfana halim Indah Lestari
3. BTN
Alam Indah Permai
4. BTN
Permata Biru Indah Permai
5. BTN
Bone Biru Indah Permai
6. Perumnas
Tibojong Indah Permai
7. Taman
Anggrek Indah Permai
8. Bombana
Indah Permai
9. BTN
Bombana Harfana Indah Permai
10. Palopo
Harfana Indah Permai
2.Chairul Tanjung
Chairul
Tanjung (lahir di Jakarta, 16 Juni 1962; umur 50 tahun) adalah pengusaha asal
Indonesia. Namanya dikenal luas sebagai usahawan sukses bersama perusahaan yang
dipimpinnya, Para Group. Chairul telah memulai berbisnis ketika ia kuliah dari
Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Sempat jatuh bangun, akhirnya ia
sukses membangun bisnisnya. Perusahaan konglomerasi miliknya, Para Group
menjadi sebuah perusahaan bisnis membawahi beberapa perusahaan lain seperti
Trans TV dan Bank Mega.
Karier dan kehidupan
Chairul
dilahirkan di Jakarta dalam keluarga yang cukup berada. Ayahnya A.G. Tanjung
adalah wartawan zaman orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil.
Chairul berada dalam keluarga bersama enam saudara lainya. Ketika Tiba di zaman
Orde Baru, usaha ayahnya dipaksa tutup karena berseberangan secara politik dengan
penguasa saat itu. Keadaan tersebut memaksa orangtuanya menjual rumah dan
berpindah tinggal di kamar losmen yang sempit.
Selepas
menyelesaikan sekolahnya di SMA Boedi Oetomo pada 1981, Chairul masuk Jurusan
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (lulus 1987). Ketika kuliah inilah ia
mulai masuk dunia bisnis. Dan ketika kuliah juga, ia mendapat penghargaan
sebagai Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional 1984-1985.
Demi memenuhi kebutuhan kuliah, Ia
mulai berbisnis dari awal yakni berjualan buku kuliah stensilan, kaos, dan
lainnya di kampusnya. Ia juga membuka usaha foto kopi di kampusnya. Chairul
juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di
bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat, tetapi bangkrut.
Selepas
kuliah, Chairul pernah mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama tiga rekannya
pada 1987. Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu
anak-anak untuk ekspor. Keberuntungan berpihak padanya, karena perusahaan
tersebut langsung mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu dari Italia. Akan
tetapi, karena perbedaan visi tentang ekspansi usaha, Chairul memilih pisah dan
mendirikan usaha sendiri. Kepiawaiannya membangun jaringan dan
sebagai pengusaha membuat bisnisnya semakin berkembang. Mengarahkan usahanya ke
konglomerasi, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga bisnis inti: keuangan,
properti, dan multimedia. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Karman
yang kini bernama Bank Mega.
Ia menamakan perusahaan tersebut dengan Para Group. Perusahaan Konglomerasi ini mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahkan beberapa sub-holding, yakni Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti). Di bawah grup Para, Chairul Tanjung memiliki sejumlah perusahaan di bidang finansial antara lain Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega Tbk, Mega Capital Indonesia, Bank Mega Syariah dan Mega Finance. Sementara di bidang properti dan investasi, perusahaan tersebut membawahi Para Bandung propertindo, Para Bali Propertindo, Batam Indah Investindo, Mega Indah Propertindo. Dan di bidang penyiaran dan multimedia, Para Group memiliki Trans TV, Trans7, Mahagagaya Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle, dan Trans Studio.
Ia menamakan perusahaan tersebut dengan Para Group. Perusahaan Konglomerasi ini mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahkan beberapa sub-holding, yakni Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti). Di bawah grup Para, Chairul Tanjung memiliki sejumlah perusahaan di bidang finansial antara lain Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega Tbk, Mega Capital Indonesia, Bank Mega Syariah dan Mega Finance. Sementara di bidang properti dan investasi, perusahaan tersebut membawahi Para Bandung propertindo, Para Bali Propertindo, Batam Indah Investindo, Mega Indah Propertindo. Dan di bidang penyiaran dan multimedia, Para Group memiliki Trans TV, Trans7, Mahagagaya Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle, dan Trans Studio.
Khusus di bisnis properti, Para Group
memiliki Bandung Supermall. Mal seluas 3 hektar ini menghabiskan dana 99 miliar
rupiah. Para Group meluncurkan Bandung Supermall sebagai Central Business
District pada 1999. Sementara di bidang investasi, Pada awal 2010, Para Group
melalui anak perusahaannya, Trans Corp., membeli sebagian besar saham Carefour,
yakni sejumlah 40 persen. Mengenai proses pembelian Carrefour, MoU (memorandum
of understanding) pembelian saham Carrefour ditandatangani pada tanggal 12
Maret 2010 di Perancis.
Majalah ternama Forbes merilis daftar orang terkaya dunia 2010. Sebagai sebuah pencapaian, menurut majalah tersebut, Chairul Tanjung termasuk salah satu orang terkaya dunia asal Indonesia. Forbes menyatakan bahwa Chairul Tanjung berada di urutan ke 937 dunia dengan total kekayaan US$ 1 miliar. Tahun 2011, menurut Forbes Chairul Tanjung menduduki peringkat 11 orang terkaya di Indonesia, dengan total kekayaan US$ 2,1 miliar.
Pada tanggal 1 Desember 2011, Chairul Tanjung meresmikan perubahan Para Grup menjadi CT Corp. CT Corp terdiri dari tiga perusahaan sub holding: Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources yang meliputi layanan finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan, dan sumber daya alam .
Majalah ternama Forbes merilis daftar orang terkaya dunia 2010. Sebagai sebuah pencapaian, menurut majalah tersebut, Chairul Tanjung termasuk salah satu orang terkaya dunia asal Indonesia. Forbes menyatakan bahwa Chairul Tanjung berada di urutan ke 937 dunia dengan total kekayaan US$ 1 miliar. Tahun 2011, menurut Forbes Chairul Tanjung menduduki peringkat 11 orang terkaya di Indonesia, dengan total kekayaan US$ 2,1 miliar.
Pada tanggal 1 Desember 2011, Chairul Tanjung meresmikan perubahan Para Grup menjadi CT Corp. CT Corp terdiri dari tiga perusahaan sub holding: Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources yang meliputi layanan finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan, dan sumber daya alam .
Berikut
selengkapnya latar belakang pendidikan seorang Chairul Tanjung.
Ø
SD Van Lith, Jakarta (1975)
Ø
SMP Van Lith, Jakarta (1978)
Ø
SMA Negeri I Boedi oetomo, Jakarta
(1981)
Ø
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Indonesia (1987) Executive IPPM (MBA; 1993)
3.Jakob Oetama
Dr
(HC) Jakob Oetama (lahir di Borobudur, Magelang, 27 September 1931; umur 81
tahun), adalah wartawan dan salah satu pendiri Surat Kabar Kompas. Saat ini ia
merupakan Presiden Direktur Kelompok Kompas-Gramedia, Pembina Pengurus Pusat
Persatuan Wartawan Indonesia, dan Penasihat Konfederasi Wartawan ASEAN.
Jakob
adalah putra seorang pensiunan guru di Sleman, Yogyakarta. Setelah lulus SMA
(Seminari) di Yogyakarta, ia mengajar di SMP Mardiyuwana (Cipanas, Jawa Barat)
dan SMP Van Lith Jakarta. Tahun 1955, ia menjadi redaktur mingguan Penabur di
Jakarta.
Jakob kemudian
melanjutkan studinya di Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta dan Fakultas
Sosial Politik UGM Yogyakarta.
Karir
jurnalistik Jakob dimulai ketika menjadi redaktur Mingguan Penabur tahun 1956
dan berlanjut dengan mendirikan majalah Intisari tahun 1963 bersama P.K. Ojong,
yang mungkin diilhami majalah Reader's Digest dari Amerika. Dua tahun kemudian,
28 Juni 1965, bersama Ojong, Jacob mendirikan harian Kompas yang dikelolanya
hingga kini. Tahun 80-an Kompas Gramedia Group mulai berkembang pesat, terutama
dalam bidang komunikasi. Saat ini, Kompas Gramedia Group memiliki beberapa anak
perusahaan/bisnis unit yang bervariatif dari media massa, toko buku, percetakan,
radio, hotel, lembaga pendidikan, event organizer, stasiun TV hingga
universitas.
Pendidikan
·
SD, Yogyakarta (1945)
·
SMA Seminari, Yogyakarta (1951)
·
Sekolah Guru Jurusan B-1 Ilmu Sejarah,
Jakarta (1956)
·
Perguruan Tinggi Publisistik, Jakarta
(1959) Jurusan Publisistik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gajah
Mada (1961)
Pengalaman Bekerja
Ø
Guru SMP Mardijuwana, Cipanas
(1952-1953)
Ø
Guru Sekolah Guru Bantu (SGB), Bogor
(1953-1954)
Ø
Guru SMP Van Lith, Jakarta (1954-1956)
Ø
Redaktur Mingguan Penabur (1956-1963)
Ø
Ketua Editor majalah bulanan Intisari
Ø
Ketua Editor harian Kompas
Ø
Pemimpin Umum/Redaksi Kompas
Ø
Presiden Direktur Kompas Gramedia
Ø
Presiden Komisaris Kompas Gramedia
Karya Tulis
·
Kedudukan dan Fungsi Pers dalam Sistem
Demokrasi Terpimpin (skripsi di Fisipol UGM tahun 1962)
·
Dunia Usaha dan Etika Bisnis (Penerbit
Buku Kompas, 2001)
·
Berpikir Ulang tentang Keindonesiaan
(Penerbit Buku Kompas, 2002).
·
Bersyukur dan Menggugat Diri (Penerbit
Buku Kompas, 2009)
Keanggotaan Organisasi
Ø
Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI)
Ø
Anggota DPR Utusan Golongan Pers
Ø
Pendiri dan Anggota Dewan Kantor Berita
Nasional Indonesia
Ø
Anggota Dewan Penasihat PWI
Ø
Anggota Dewan Federation Internationale
Des Editeurs De Journaux (FIEJ)
Ø
Anggota Asosiasi International Alumni
Pusat Timur Barat Honolulu, Hawai, Amerika Serikat
Ø
Ketua Bidang Organisasi dan Manajemen
Serikat Penerbit Surat Kabar.
Ø
Jakob Oetama telah banyak berbagi
pengalaman untuk para wirausahawan yang ada di tanah air, sehingga banyak orang
yang sukses karena mengadopsi semangat perjuangan beliau.
PROFIL ORANG SUKSES KARENA BEKERJA
1.
Dahlan Iskan
Lahir
di Magetan pada tanggal 17 Agustus 1951. Saat ini (2012) adalah Menteri Badan
Usaha Milik Negara Indonesia Kabinet indonesia Bersatu di bawah pimpinan Susilo
Bambang Yudhoyono. Sejak 19 Oktober 2011 lalu, Dahlan Iskan resmi menjabat,
menggantikan Mustafa Abubakar.
Seperti judul sebuah artikel terbitan Kompas.com, Dahlan Iskan, Anak Miskin yang jadi Menteri, Dahlan Iskan menghabiskan masa kecilnya di sebuah pedesaan. Pada saat itu, hidupnya serba kekurangan. Orang tua Dahlan Iskan bahkan tidak mengingat kapan Dahlan Iskan lahir, sehingga dia sendiri memilih tanggal kelahirannya, yaitu 17 Agustus 1951, sesuai dengan Hari Kemerdekaan RI, agar mudah diingat.
Sebelum dikenal sebagai sosok penting bagi perkembangan Indonesia saat ini, Dahlan Iskan adalah seorang reporter surat kabar di Samarinda, Kalimantan Selatan. Satu tahun kemudian, 1976, Dahlan Iskan beralih profesi menjadi seorang wartawan majalah Tempo. Karirnya berkembang dengan baik, sehingga pada tahun 1982, Dahlan Iskan ditunjuk sebagai pimpinan surat kabar Jawa Pos hingga sekarang (2012).
Dahlan Iskan merupakan seorang sosok penting dalam revitalisasi Jawa Pos. Pada saat itu, Jawa Pos yang dapat dikatakan hampir mati mampu berkembang dan mencapai oplah hingga 300.000 dari 6.000 eksemplar dalam kurun waktu lima tahun. Lima tahun kemudian, terbentuklah Jawa Pos News Network (JPNN) yang menaungi 134 surat kabar, tabloid, dan majalah. Selain itu, JPNN juga memiliki 40 jaringan percetakan di seluruh Indonesia. Kemudian pada tahun 1997, Dahlan Iskan mendirikan Graha Pena di Surabaya.
Selain jurnalistik, Dahlan Iskan juga mendirikan stasiun televisi lokal JTV (Jawa Timur TV) di Surabaya pada tahun 2002. Stasiun TV serupa didirikan di Batam dan di Riau dengan nama BatamTV dan RiauTV.
Pada awal 2009, Dahlan Iskan mulai mengembangkan karirnya dengan menjabat sebagai komisaris PR Fangbian Iskan Corporindo (FIC). Perusahaan tersebut membangun Sambungan Komunikasi Kabel laut (SKKL) antara Surabaya dan Hong Kong dengan panjang serat optik 4.300 kilometer.
Selain sambungan komunikasi, Dahlan Iskan juga memiliki banyak rencana cemerlang untuk sambungan listrik. Sejak akhir tahun 2009, Dahlan Iskan memimpin PLN. Dia menggantikan Fahmi Mochtar sebagai Direktur Utama PLN yang sebelumnya menuai kritikan pedas akibat seringnya lampu mati di daerah Jakarta. Sehubungan dengan hal tersebut, Dahlan Iskan mencanangkan gebrakan bebas byar pet dalam 6 bulan untuk seluruh wilayah Indonesia. Lalu, dia juga mencanangkan gerakan sehari sejuta sambungan. Setelah itu, dia merencanakan pembangunan PLTS untuk 100 pulau di Indonesia Bagian Timur untuk daerah Pulau Banda, Manado, Derawan, Wakatobi, dan Citrawangan. Selain itu, Dahlan Iskan juga merupakan presiden direktur PT Cahaya Fajar Kaltim dan PT prima Electric Power di Surabaya; perusahaan pembangkit listrik swasta.
Prestasi Dahlan Iskan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam listrik, tentunya, mendapatkan respon positif dari pemerintah. Pada 17 Oktober 2011, Dahlan Iskan terpilih sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menggantikan Mustafa Abubakar yang sakit. Pada saat itu bisa dibilang Dahlan Iskan berat untuk menerima tawaran tersebut karena dia sedang berada di puncak semangat untuk memperbarui sistem PLN. Dalam karirnya sebagai Menteri BUMN, target awal Dahlan Iskan adalah menyusutkan jumlah BUMN dalam program rekstrukturisasi aset negara. Rencana tersebut menunggu persetujuan Menteri Keuangan.
Selain profesi tersebut, Dahlan Iskan adalah seorang penulis. Dia menulis "Ganti Hati" pada tahun 2008 silam, berdasarkan pengalamannya cangkok hati di Tiongkok.
Pada Desember 2012, Dahlan memperkenalkan secara resmi mobil sport listrik buatan anak bangsa Tucuxi di Gelora Bung Karno, Jakarta Selatan. Pembuatan mobil listrik, baik yang berkonsep citycar maupun Tucuxi, merupakan proyek pribadinya. Meski masih menjadi proyek pribadi, ke depan pemerintah menginginkan agar mobil listrik bisa diproduksi secara massal dan bisa menjadi mobil nasional di masa mendatang.
Seperti judul sebuah artikel terbitan Kompas.com, Dahlan Iskan, Anak Miskin yang jadi Menteri, Dahlan Iskan menghabiskan masa kecilnya di sebuah pedesaan. Pada saat itu, hidupnya serba kekurangan. Orang tua Dahlan Iskan bahkan tidak mengingat kapan Dahlan Iskan lahir, sehingga dia sendiri memilih tanggal kelahirannya, yaitu 17 Agustus 1951, sesuai dengan Hari Kemerdekaan RI, agar mudah diingat.
Sebelum dikenal sebagai sosok penting bagi perkembangan Indonesia saat ini, Dahlan Iskan adalah seorang reporter surat kabar di Samarinda, Kalimantan Selatan. Satu tahun kemudian, 1976, Dahlan Iskan beralih profesi menjadi seorang wartawan majalah Tempo. Karirnya berkembang dengan baik, sehingga pada tahun 1982, Dahlan Iskan ditunjuk sebagai pimpinan surat kabar Jawa Pos hingga sekarang (2012).
Dahlan Iskan merupakan seorang sosok penting dalam revitalisasi Jawa Pos. Pada saat itu, Jawa Pos yang dapat dikatakan hampir mati mampu berkembang dan mencapai oplah hingga 300.000 dari 6.000 eksemplar dalam kurun waktu lima tahun. Lima tahun kemudian, terbentuklah Jawa Pos News Network (JPNN) yang menaungi 134 surat kabar, tabloid, dan majalah. Selain itu, JPNN juga memiliki 40 jaringan percetakan di seluruh Indonesia. Kemudian pada tahun 1997, Dahlan Iskan mendirikan Graha Pena di Surabaya.
Selain jurnalistik, Dahlan Iskan juga mendirikan stasiun televisi lokal JTV (Jawa Timur TV) di Surabaya pada tahun 2002. Stasiun TV serupa didirikan di Batam dan di Riau dengan nama BatamTV dan RiauTV.
Pada awal 2009, Dahlan Iskan mulai mengembangkan karirnya dengan menjabat sebagai komisaris PR Fangbian Iskan Corporindo (FIC). Perusahaan tersebut membangun Sambungan Komunikasi Kabel laut (SKKL) antara Surabaya dan Hong Kong dengan panjang serat optik 4.300 kilometer.
Selain sambungan komunikasi, Dahlan Iskan juga memiliki banyak rencana cemerlang untuk sambungan listrik. Sejak akhir tahun 2009, Dahlan Iskan memimpin PLN. Dia menggantikan Fahmi Mochtar sebagai Direktur Utama PLN yang sebelumnya menuai kritikan pedas akibat seringnya lampu mati di daerah Jakarta. Sehubungan dengan hal tersebut, Dahlan Iskan mencanangkan gebrakan bebas byar pet dalam 6 bulan untuk seluruh wilayah Indonesia. Lalu, dia juga mencanangkan gerakan sehari sejuta sambungan. Setelah itu, dia merencanakan pembangunan PLTS untuk 100 pulau di Indonesia Bagian Timur untuk daerah Pulau Banda, Manado, Derawan, Wakatobi, dan Citrawangan. Selain itu, Dahlan Iskan juga merupakan presiden direktur PT Cahaya Fajar Kaltim dan PT prima Electric Power di Surabaya; perusahaan pembangkit listrik swasta.
Prestasi Dahlan Iskan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam listrik, tentunya, mendapatkan respon positif dari pemerintah. Pada 17 Oktober 2011, Dahlan Iskan terpilih sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menggantikan Mustafa Abubakar yang sakit. Pada saat itu bisa dibilang Dahlan Iskan berat untuk menerima tawaran tersebut karena dia sedang berada di puncak semangat untuk memperbarui sistem PLN. Dalam karirnya sebagai Menteri BUMN, target awal Dahlan Iskan adalah menyusutkan jumlah BUMN dalam program rekstrukturisasi aset negara. Rencana tersebut menunggu persetujuan Menteri Keuangan.
Selain profesi tersebut, Dahlan Iskan adalah seorang penulis. Dia menulis "Ganti Hati" pada tahun 2008 silam, berdasarkan pengalamannya cangkok hati di Tiongkok.
Pada Desember 2012, Dahlan memperkenalkan secara resmi mobil sport listrik buatan anak bangsa Tucuxi di Gelora Bung Karno, Jakarta Selatan. Pembuatan mobil listrik, baik yang berkonsep citycar maupun Tucuxi, merupakan proyek pribadinya. Meski masih menjadi proyek pribadi, ke depan pemerintah menginginkan agar mobil listrik bisa diproduksi secara massal dan bisa menjadi mobil nasional di masa mendatang.
Namun sayang, saat menjajal mobil
listrik yang dikemudikan Dahlan Iskan dan mekaniknya Ricky itu mengalami
kecelakaan di Magetan setelah mengalami masalah pada rem pada 5 Januari 2013.
Beruntung keduanya tidak mengalami cedera berarti.
Pada 8 Juli 2013, Dahlan menerima gelar honoris causa di bidang komunikasi dan penyiaran Islam dari IAIN Walisongo Semarang. Rektor IAIN Walisongo Semarang menilai Dahlan sebagai sosok inspiratif, akademisi, pengambil kebijakan dan implementor program. Walau tidak menyelesaikan pendidikan di IAIN tapi bisa sukses di bidang usaha dan pemerintahan.
Dahlan mengiukuti konvensi Calon Presiden Partai Demokrat. Namun dia berjanji tidak akan menggunakan Grup Jawa Pos untuk kepentingannya di konvensi.Dia akan menjaga profesionalitas medianya dalam pemberitaan konvensi.
Last update 1 September 2013 pukul 18:04
Pada 8 Juli 2013, Dahlan menerima gelar honoris causa di bidang komunikasi dan penyiaran Islam dari IAIN Walisongo Semarang. Rektor IAIN Walisongo Semarang menilai Dahlan sebagai sosok inspiratif, akademisi, pengambil kebijakan dan implementor program. Walau tidak menyelesaikan pendidikan di IAIN tapi bisa sukses di bidang usaha dan pemerintahan.
Dahlan mengiukuti konvensi Calon Presiden Partai Demokrat. Namun dia berjanji tidak akan menggunakan Grup Jawa Pos untuk kepentingannya di konvensi.Dia akan menjaga profesionalitas medianya dalam pemberitaan konvensi.
Last update 1 September 2013 pukul 18:04
Riset dan Analisa oleh Nastiti
Primadyastuti
PENDIDIKAN
- SDN Desa Bukur, Jiwan, Madiun
- Madrasah Tsanawiyah Pesantren Saibul Muttaqin, Magetan
- Madrasah Aliyaj Pesantren Sabibul Muttaqin, Magetan
- Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Cabang Samarinda (tidak tamat)
KARIR
- 2011, Menteri Badan Usaha Milik Negara
- 2009, Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara
- 2009, Dahlan sebagai Komisaris PT. Fangbian Iskan Corporindo (FIC)
- 2002, Mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya
- 1982, Pimpinan surat kabar Jawa Pos
- 1976, Wartawan majalah Tempo.
PENGHARGAAN
- Penghargaan dari Charta Politika Award III dalam kategori sebagai pimpinan kementerian paling berpengaruh selama tahun 2011
- “Inspiring Leader” Award dari harian Seputar Indonesia (Koran Sindo)
- Soegeng Sarjadi Award
2. BUYA HAMKA ( 1908 M –
1981 M )
A. PROFIL
Prof. Dr. Haji Abdul
Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan julukan Hamka, yakni singkatan
namanya, (lahir di Maninjau, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 17
Februari 1908 – meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun)[1] adalah
sastrawan Indonesia, sekaligus ulama, ahli filsafat, dan aktivis politik.[2] Ia
baru dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia setelah dikeluarkannya
Keppres No. 113/TK/Tahun 2011 pada tanggal 9 November 2011.
Hamka merupakan salah
satu orang Indonesia yang paling banyak menulis dan menerbitkan buku. Oleh
karenanya ia dijuluki sebagai Hamzah Fansuri di era modern.[3] Belakangan
ia diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan untuk orang Minangkabau yang berasal
dari kata abi atau abuya dalam bahasa Arab yang berarti ayahku atau seseorang
yang dihormati.
Ayahnya adalah Haji Abdul
Karim bin Amrullah, pendiri Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Sementara
ibunya adalah Siti Shafiyah Tanjung. Dalam silsilah Minangkabau, ia berasal
dari suku Tanjung, sebagaimana suku ibunya.
B..Jejak Intelektual
Museum Rumah Kelahiran
Buya Hamka, bangunannya merupakan rumah tempat Hamka dilahirkan. Hamka
merupakan cucu dari Tuanku Kisai mendapat pendidikan rendah pada usia 7 tahun
di Sekolah Dasar Maninjau selama dua tahun. Ketika usianya mencapai 10 tahun,
ayahnya mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ Hamka kemudian
mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab, salah satu pelajaran yang paling
disukainya.[4] Melalui
sebuah perpustakaan yang dimiliki oleh salah seorang gurunya, Engku Dt. Sinaro,
bersama dengan Engku Zainuddin, Hamka diizinkan untuk membaca buku-buku yang
ada diperpustakaan tersebut, baik buku agama maupun sastra.
Hamka mulai meninggalkan
kampung halamannya untuk menuntut ilmu di Pulau Jawa, sekaligus ingin
mengunjungi kakak iparnya, Ahmad Rasyid Sutan Mansur yang tinggal di
Pekalongan, Jawa Tengah. Untuk itu, Hamka kemudian ditumpangkan dengan Marah
Intan, seorang saudagar Minangkabau yang hendak ke Yogyakarta. Sesampainya di
Yogyakarta, ia tidak langsung ke Pekalongan. Untuk sementara waktu, ia tinggal
bersama adik ayahnya, Ja’far Amrullah di kelurahan Ngampilan, Yogyakarta.
Barulah pada tahun 1925, ia berangkat ke Pekalongan, dan tinggal selama enam
bulan bersama iparnya, Ahmad Rasyid Sutan Mansur.[5]
Pada tahun 1927, Hamka
berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Sekembalinya dari Mekkah, dalam
suatu rapat adat niniak mamak nagari Sungai Batang, kabupaten Agam, Engku Datuk
Rajo Endah Nan Tuo, memaklumkan Hamka dengan gelar Datuk Indomo, yang merupakan
gelar pusaka turun temurun dalam suku Tanjung. Pada tahun 1950, Hamka kembali
ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya.
Pada tanggal 5 April
1929, Hamka dinikahkan dengan Siti Raham binti Endah Sutan, yang merupakan anak
dari salah satu saudara laki-laki ibunya. Dari perkawinannya dengan Siti Raham,
ia dikaruniai 11 orang anak. Mereka antara lain Hisyam, Zaky, Rusydi, Fakhri,
Azizah, Irfan, Aliyah, Fathiyah, Hilmi, Afif, dan Syakib. Setelah istrinya
meninggal dunia, satu setengah tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1973, ia
menikah lagi dengan seorang perempuan bernama Hj. Siti Khadijah. Menjelang
akhir hayatnya ia mengangkat Jusuf Hamka, seorang muallaf, peranakan
Tionghoa-Indonesia sebagai anak.[6]
C..Karier
Hamka mula-mula bekerja
sebagai guru agama di Padang Panjang pada tahun 1927. Kemudian ia mendirikan
cabang Muhammadiyah di Padang Panjang dan mengetuai cabang Muhammadiyah
tersebut pada tahun 1928. Pada tahun 1931, ia diundang ke Bengkalis untuk
kembali mendirikan cabang Muhammadiyah. Dari sana ia melanjutkan perjalanan ke
Bagansiapiapi, Labuhan Bilik, Medan, dan Tebing Tinggi, sebagai mubaligh
Muhammadiyah. Pada tahun 1932 ia dipercayai oleh pimpinan Muhammadiyah sebagai
mubaligh ke Makassar, Sulawesi Selatan.[7] Ketika
di Makassar, sambil melaksanakan tugasnya sebagai seorang mubaligh
Muhammadiyah, ia memanfaatkan masa baktinya dengan sebaik-baiknya, terutama
dalam mengembangkan lebih jauh minat sejarahnya. Ia mencoba melacak beberapa
manuskrip sejarawan muslim lokal. Bahkan ia menjadi peneliti pribumi pertama
yang mengungkap secara luas riwayat ulama besar Sulawesi Selatan, Syeikh
Muhammad Yusuf al-Makassari. Bukan itu saja, ketika di Makassar ia juga mencoba
menerbitkan majalah pengetahuan Islam yang terbit sekali sebulan. Majalah
tersebut diberi nama "al-Mahdi".[8]
Pada tahun 1934, Hamka
meninggalkan Makassar dan kembali ke Padang Panjang, kemudian berangkat ke
Medan. Di Medan—bersama M. Yunan Nasution—ia mendapat tawaran dari Haji Asbiran
Ya'kub, dan Mohammad Rasami (mantan sekretaris Muhammadiyah Bengkalis) untuk
memimpin majalah mingguan Pedoman Masyarakat.[9] Pada
majalah ini untuk pertama kali ia memperkenalkan nama pena Hamka,[10] melalui
rubrik Tasawuf modern, tulisannya telah mengikat hati para pembacanya, baik
masyarakat awam maupun kaum intelektual, untuk senantiasa menantikan dan
membaca setiap terbitan Pedoman Masyarakat. Pemikiran cerdas yang dituangkannya
di Pedoman Masyarakat merupakan alat yang sangat banyak menjadi tali penghubung
antara dirinya dengan kaum intelektual lainnya, seperti Natsir, Hatta, Agus
Salim, dan Muhammad Isa Anshary.
Pada tahun 1945 Hamka
kembali ke Padang Panjang. Sesampainya di Padang Panjang, ia dipercayakan untuk
memimpin Kulliyatul Muballighin dan menyalurkan kemampuan jurnalistiknya dengan
menghasilkan beberapa karya tulis. Di antaranya: Negara Islam, Islam dan
Demokrasi, Revolusi Pikiran, Revolusi Agama, Adat Minangkabau Menghadapi
Revolusi, dan Dari Lembah Cita-Cita. Pada tahun 1949, Hamka memutuskan untuk
meninggalkan Padang Panjang menuju Jakarta. Di Jakarta, ia menekuni dunia
jurnalistik dengan menjadi koresponden majalah Pemandangan dan Harian Merdeka.
Pada tahun 1950, setalah menunaikan ibadah haji untuk kedua kalinya, Hamka
melakukan kunjungan ke beberapa negara Arab. Di sana, ia dapat bertemu langsung
dengan Thaha Husein dan Fikri Abadah. Sepulangnya dari kunjungan tersebut, ia
mengarang beberapa buku roman. Di antaranya Mandi Cahaya di Tanah Suci, Di
Lembah Sungai Nil, dan Di Tepi Sungai Dajlah. Ia kemudian mengarang karya
otobiografinya, Kenang-Kenangan Hidup pada tahun 1951,[11] dan
pada tahun 1952 ia mengunjungi Amerika Serikat atas undangan pemerintah
setempat.[12]
C..Politik
Hamka juga aktif di
kancah politik melalui Masyumi.[13] Pada
Pemilu 1955, Hamka terpilih menjadi anggota konstituante mewakili Jawa Tengah.
Akan tetapi pengangkatan tersebut ditolak karena merasa tempat tersebut tidak
sesuai baginya. Atas desakan kakak iparnya, Ahmad Rasyid Sutan Mansur, akhirnya
Hamka menerima untuk diangkat menjadi anggota konstituante. Sikapnya yang
konsisten terhadap agama, menyebabkannya acapkali berhadapan dengan berbagai
rintangan, terutama terhadap beberapa kebijakan pemerintah. Keteguhan sikapnya
ini membuatnya dipenjarakan oleh Soekarno dari tahun 1964 sampai 1966. Pada
awalnya, Hamka diasingkan ke Sukabumi, kemudian ke Puncak, Megamendung, dan
terakhir dirawat di rumah sakit Persahabatan Rawamangun, sebagai tawanan. Di
dalam penjara ia mulai menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah
terbesarnya.[14]
Pada tahun 1977, Hamka
dipilih sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia yang pertama. Semasa
jabatannya, Hamka mengeluarkan fatwa yang bersisi penolakan terhadap kebijakan
pemerintah yang akan memberlakukan RUU Perkawinan tahun 1973, dan mengecam
kebijakan diperbolehkannya merayakan Natal bersama umat Nasrani. Meskipun
pemerintah mendesaknya untuk menarik kembali fatwanya tersebut dengan diiringi
berbagai ancaman, Hamka tetap teguh dengan pendiriannya.[15] Akan
tetapi, pada tanggal 24 Juli 1981, Hamka memutuskan untuk melepaskan jabatannya
sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia, karena fatwanya yang tidak kunjung
dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.[16]
D..Sastrawan
Hamka juga merupakan
seorang wartawan, penulis, editor, dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, Hamka
menjadi wartawan beberapa buah surat kabar seperti Pelita Andalas, Seruan
Islam, Bintang Islam, dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, ia menjadi
editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, ia menjadi editor dan
menerbitkan majalah al-Mahdi di Makassar. Hamka juga pernah menjadi editor
majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat, dan Gema Islam.[17]
Hamka adalah seorang
otodidak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra,
sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran
bahasa Arabnya yang tinggi, ia dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar
di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa
al-Manfaluti, dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, ia meneliti karya
sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William James,
Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx, dan Pierre Loti.
Hamka juga banyak
menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya lain seperti novel dan cerpen. Pada tahun
1928, Hamka menulis buku romannya yang pertama dalam bahasa Minang dengan judul
Si Sabariah. Kemudian, ia juga menulis buku-buku lain, baik yang berbentuk
roman, sejarah, biografi dan otobiografi, sosial kemasyarakatan, pemikiran dan
pendidikan, teologi, tasawuf, tafsir, dan fiqih. Karya ilmiah terbesarnya
adalah Tafsir al-Azhar. Di antara novel-novelnya seperti Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck, Di Bawah Lindungan Ka'bah, dan Merantau ke Deli juga menjadi
perhatian umum dan menjadi buku teks sastra di Malaysia dan Singapura. Beberapa
penghargaan dan anugerah juga ia terima, baik peringkat nasional maupun
internasional.
Pada tahun 1959, Hamka
mendapat anugerah gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar, Cairo.
atas jasa-jasanya dalam penyiaran agama Islam dengan menggunakan bahasa Melayu.
Kemudian pada 6 Juni 1974, kembali ia memperoleh gelar kehormatan tersebut dari
Universitas Nasional Malaysia pada bidang kesusasteraan, serta gelar Profesor
dari Universitas Prof. Dr. Moestopo.[18]
E..Karya-Karya
\Keistimewaan Pak Hamka
ialah kebolehannya menulis novel dan menghasilkan kitab-kitab agama yang
terkenal. Berikut buku karangan tersebut:
1) Kenang-Kenangan
Hidup, 4 Jilid, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
2) Ayahku
(Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangannya), Jakarta: Pustaka
Wijaya, 1958.
3) Khatib
al-Ummah, 3 Jilid, Padang Panjang, 1925.
4) Islam
dan Adat, Padang Panjang: Anwar Rasyid, 1929.
5) Kepentingan
Melakukan Tabligh, Padang Panjang: Anwar Rasyid, 1929.
6) Majalah
Tentera, 4 nomor, Makassar, 1932.
\7) Majalah
al-Mahdi, 9 nomor, Makassar, 1932.
8) Bohong
di Dunia, cet. 1, Medan: Cerdas, 1939.
9) Agama
dan Perempuan, Medan: Cerdas, 1939.
10) Pedoman
Mubaligh Islam, cet. 1, Medan: Bukhandel Islamiah, 1941.
11) Majalah
Semangat Islam, 1943.
12) Majalah
Menara, Padang Panjang, 1946.
13) Hikmat
Isra’ Mi’raj, 1946 (tempat dan penerbit tidak diketahui).
14) Negara
Islam, 1946 (tempat dan penerbit tidak diketahui),
15) Islam dan
Demokrasi, 1946 (tempat dan penerbit tidak diketahui),
16) Revolusi
Fikiran, 1946 (tempat dan penerbit tidak diketahui),
17) Dibandingkan
Ombak Masyarakat, 1946 (tempat dan penerbit tidak diketahui),
18) Muhammadiyah
Melalui Tiga Zaman, Padang Panjang: Anwar Rasyid, 1946.
19) Revolusi
Agama, Padang Panjang: Anwar Rasyid, 1946.
20) Sesudah
Naskah Renville, 1947 (tempat dan penerbit tidak diketahui).
21) Tinjauan
Islam Ir. Soekarno, Tebing Tinggi, 1949.
22) Pribadi,
1950 (tempat dan penerbit tidak diketahui).
23) Falsafah
Hidup, cet. 3, Jakarta: Pustaka Panji Masyarakat, 1950.
24) Falsafah
Ideologi Islam, Jakarta: Pustaka Wijaya, 1950.
25) Urat
Tunggang Pancasila, Jakarta: Keluarga, 1951.
26) Pelajaran
Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1952.
27) K.H. A.
Dahlan, Jakarta: Sinar Pujangga, 1952.
28) Perkembangan
Tashawwuf dari Abad ke Abad, cet. 3, Jakarta: Pustaka Islam, 1957.
29) Pribadi,
Jakarta: Bulan Bintang, 1959.
30) Pandangan
Hidup Muslim, Jakarta: Bulan Bintang, 1962.
31) Lembaga
Hidup, cet. 6, Jakarta: Jayamurni, 1962 (kemudian dicetak ulang di Singapur
oleh Pustaka Nasional dalam dua kali cetakan, pada tahun 1995 dan 1999).
32) 1001 Tanya
Jawab tentang Islam, Jakarta: CV. Hikmat, 1962.
33) Cemburu,
Jakarta: Firma Tekad, 1962.
34) Angkatan
Baru, Jakarta: Hikmat, 1962.
35) Ekspansi
Ideologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1963.
36) Pengaruh
Muhammad Abduh di Indonesia, Jakarta: Tintamas, 1965 (awalnya merupakan naskah
yang disampakannya pada orasi ilmiah sewaktu menerima gelar Doktor Honoris
Causa dari Universitas al-Azhar Mesir, pada 21 Januari 1958).
37) Sayyid
Jamaluddin al-Afghani, Jakarta: Bulan Bintang, 1965.
38) Lembaga
Hikmat, cet. 4, Jakarta: Bulan Bintang, 1966.
39) Dari
Lembah Cita-Cita, cet. 4, Jakarta: Bulan Bintang, 1967.
40) Hak-Hak
Azasi Manusia Dipandang dari Segi Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1968.
41) Gerakan
Pembaruan Agama (Islam) di Minangkabau, Padang: Minang Permai, 1969.
42) Hubungan
antara Agama dengan Negara menurut Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1970.
43) Islam,
Alim Ulama dan Pembangunan, Jakarta: Pusat dakwah Islam Indonesia, 1971.
44) Islam dan
Kebatinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1972.
45) Mengembalikan
Tasawuf ke Pangkalnya, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1973.
46) Beberapa
Tantangan terhadap Umat Islam di Masa Kini, Jakarta: Bulan Bintang, 1973.
47) Kedudukan
Perempuan dalam Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1973.
48) Muhammadiyah
di Minangkabau, Jakarta: Nurul Islam, 1974.
49) Tanya
Jawab Islam, Jilid I dan II cet. 2, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
50) Studi
Islam, Aqidah, Syari’ah, Ibadah, Jakarta: Yayasan Nurul Iman, 1976.
51) Perkembangan
Kebatinan di Indonesia, Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1976.
52) Tasawuf, Perkembangan
dan Pemurniannya, cet. 8, Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1980.
53) Ghirah dan
Tantangan Terhadap Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982.
54) Kebudayaan
Islam di Indonesia, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982.
55) Lembaga
Budi, cet. 7, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983.
56) Tasawuf
Modern, cet. 9, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983.
57) Doktrin
Islam yang Menimbulkan Kemerdekaan dan Keberanian, Jakarta: Yayasan Idayu,
1983.
58) Islam:
Revolusi Ideologi dan Keadilan Sosial, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984.
59) Iman dan
Amal Shaleh, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984.
60) Renungan
Tasawuf, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985.
61) Filsafat
Ketuhanan, cet. 2, Surabaya: Karunia, 1985.
62) Keadilan
Sosial dalam Islam, Jakarta: Pustaka Antara, 1985.
63) Tafsir
al-Azhar, Juz I sampai Juz XXX, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986.
64) Prinsip-prinsip
dan Kebijaksanaan Dakwah Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990.
65) Tuntunan
Puasa, Tarawih, dan Idul Fitri, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1995.
66) Adat Minangkabau
Menghadapi Revolusi, Jakarta: Tekad, 1963.
67) Islam dan
Adat Minangkabau, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984.
68) Mengembara
di Lembah Nil, Jakarta: NV. Gapura, 1951.
69) Di Tepi
Sungai Dajlah, Jakarta: Tintamas, 1953.
70) Mandi
Cahaya di Tanah Suci, Jakarta: Tintamas, 1953.
71) Empat
Bulan di Amerika, 2 Jilid, Jakarta: Tintamas, 1954.
72) Merantau
ke Deli, cet. 7, Jakarta: Bulan Bintang, 1977 (ditulis pada tahun 1939).
73) Si
Sabariah (roman dalam bahasa Minangkabau), Padang Panjang: 1926.
74) Laila
Majnun, Jakarta: Balai Pustaka, 1932.
75) Salahnya
Sendiri, Medan: Cerdas, 1939.
76) Keadilan
Ilahi, Medan: Cerdas, 1940.
77) Angkatan
Baru, Medan: Cerdas, 1949.
78) Cahaya
Baru, Jakarta: Pustaka Nasional, 1950.
79) Menunggu
Beduk Berbunyi, Jakarta: Firma Pustaka Antara, 1950.
80) Terusir,
Jakarta: Firma Pustaka Antara, 1950.
81) Di Dalam
Lembah Kehidupan (kumpulan cerpen), Jakarta: Balai Pustaka, 1958.
82) Di Bawah
Lindungan Ka'bah, cet. 7, Jakarta: Balai Pustaka, 1957.
83) Tuan Direktur, Jakarta:
Jayamurni, 1961.
84) Dijemput
Mamaknya, cet. 3, Jakarta: Mega Bookstrore, 1962.
85) Cermin
Kehidupan, Jakarta: Mega Bookstrore, 1962.
86) Tenggelamnya
Kapal Van der Wijck, cet. 13, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
87) Pembela
Islam (Tarikh Sayyidina Abubakar Shiddiq), Medan: Pustaka Nasional, 1929.
88) Ringkasan
Tarikh Ummat Islam, Medan: Pustaka Nasional,1929.
89) Sejarah
Islam di Sumatera, Medan: Pustaka Nasional, 1950.
90) Dari
Perbendaharaan Lama, Medan: M. Arbi, 1963.
91) Antara Fakta
dan Khayal Tuanku Rao, cet. 1, Jakarta: Bulan Bintang, 1974.
92) Sejarah
Umat Islam, 4 Jilid, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
93) Sullam
al-Wushul; Pengantar Ushul Fiqih (terjemahan karya Dr. H. Abdul Karim
Amrullah), Jakarta: Pustaka Panjimas,
1984.
94) Margaretta
Gauthier (terjemahan karya Alexandre Dumas), cet. 7, Jakarta: Bulan Bintang,
1975.[19]
Hasil tulisan beliau ini
banyak memberi petunjuk dan ilham kepada para pembacanya. Malah karya-karya
Almarhum Pak Hamka mampu membangkit semangat perjuangan seperti karya-karyanya
dalam majalah selepas perang. Majalah Panji Masyarakat sendiri telah telah
diharamkan oleh pemerintahan Sukarno dalam tahun 1960 yaitu setahun selepas
penerbitannya. Bagaimanapun, majalah ini diterbitkan semula dalam pemerintahan
order baru Suharto tahun 1966.
Pak Hamka pernah
dipenjarakan awal tahun 1960an. Zaman pemerintahan Sukarno dan ketika komunis
bermaharajalela, selain ditangkap buku-buku Almarhum ada yang dibakar. Di dalam
penjara inilah, beliau melahirkan kitab Tafsir Al Azhar yang menjadi bacaan
untuk umat sekarang. Penahanan batang tubuhnya dalam sangkar besi itu tidak
dapat membunuh semangatnya untuk beribadah kepada Tuhannya. Penyusun pernah
membaca kisah riwayat Presiden Sukarno yang penuh kontroversi itu. Dinyatakan
apabila bekas Presiden itu meninggal dunia, Pak Hamka telah dijemput dan dirayu
supaya mengimami sholat jenazah Sukarno. Peringkat awalnya, Almarhum agak
keberatan menunaikannya kerana sikap Sukarno masa hidupnya amat dipertikaikan.
Namun apabila teringat tentang sifat Allah yang Maha Pengampun untuk mengampun
dosa-dosa hambaNya. Buya Hamka maju juga ke hadapan untuk mengetuai sholat
jenazah itu, dikatakan saat akhir hidupnya Sukarno mulai kembali kepada fitrah
mengingati penciptanya.
F..Wafatnya
Ulama istimewa ini kembali menemui Al Khaliqnya sewaktu
berusia 72 tahun pada 24 Juli 1981. Almarhum mengalami serangan penyakit
jantung. Dan Beliau dikebumikan di TPU tanah Kusir, Jakarta Selatan. Penyusun
berharap agar paparan kisah hidup tokoh nusantara yang agung ini dapat
mengimbau kembali kenangan kita terhadap Pak Hamka yang dikasihi dan kita tidak
rugi apabila mengingati orang-orang yang soleh karena ia dapat mendatangkan
rahmah. Rasulullah sendiri pernah bersabda: “ Sesungguhnya perbandingan ulama
di bumi sepertilah bintang- bintang di langit yang boleh dijadikan panduan di
dalam kegelapan di bumi dan di laut..” Golongan yang coba mengelak diri dari
mendampingi ulama atau memusuhi mereka yang ikhlas untuk memandu kita di dunia
ini perlulah berwaspada. Ingatlah, peringatan Allah SWT dalam Hadith Qudsi :“
Barang siapa memusuhi waliKu ( ulama), maka Aku akan mengumumkankan perang
terhadapnya” ( Riwayat Al Bukhari). Beliau Adalah Tokoh Ulama Indonesia Yang
dikagumi dan disegani baik oleh kawan dan lawan.[20]
3.
Mario Teguh
Profil
Mario teguh
Mario teguh merupakan seorang motivator yang sangat terkenal
di Indonesia. Nama asli dari Mario Teguh adalah Sis Maryono Teguh. Dia lebih
kenal dengan nama Mario Teguh. Keahliannya dalam merangkai kata-kata bijak
membuat daya tarik tersendiri bagi pria kelahiran Makassar ini. Mario Teguh
lahir pada tanggal 5 Maret 1986. Beliau belajar di IKIP Malang untuk program S1
dengan mengambil konsentrasi dalam bidang pendidikan. Beliau lahir dari seorang
ibu yang bernama Siti Maria dan seorang ayah yang bernama Gozali Teguh. Di awal
karirnya setelah menyelesaikan kuliahnya, Mario Teguh mengawalinya karirnya
bukan menjadi seorang entertainment melainkan menjadi seorang professional di
City Bank. Sekaligus beliau menjadi Head of Manager di BIMC, Zamre Ab. Wahab.
Profil dan Biografi Mario Teguh pendidikan tidak hanya dilakukan di IKIP Malang akan tetapi media juga belajar di perguruan tinggi yang terdapat diluar negeri yaitu Sophia University yang terdapat di Tokyo. Konsentrasi yang diambil yaitu bidang International Bussines. Ternyata Mario Teguh juga bersekolah di New Trier West High Di Chicago. Pengalaman yang dimiliki memang sangatlah luas. Jadi tak heran jika dia mampu menjadi seorang yang handal saat ini.
Profil dan Biografi Mario Teguh pendidikan tidak hanya dilakukan di IKIP Malang akan tetapi media juga belajar di perguruan tinggi yang terdapat diluar negeri yaitu Sophia University yang terdapat di Tokyo. Konsentrasi yang diambil yaitu bidang International Bussines. Ternyata Mario Teguh juga bersekolah di New Trier West High Di Chicago. Pengalaman yang dimiliki memang sangatlah luas. Jadi tak heran jika dia mampu menjadi seorang yang handal saat ini.
Profil dan Biografi Mario Teguh menjadi salah satu pengisi
acara yang berada di salah satu stasiun TV. Acara yang dibawakannya juga
merupakan acara yang dapat memotivasi serta menginspirasi para penonton yang
menyaksikannya. Acara yang dipandunya yaitu Golden Ways. Acara tersebutlah yang
membawakan dirinya menjadi sangat dikenal oleh public. Cara pembawaannya yang
berwibawa namun tetap santai menjadi ciri khasnya ketika membawakan acara ini.
Kepopulerannya tidak lepas dari berbagai kata
kata bijak yang dikeluarkannya yang membuat orang
takjub mendengarnya.
Profil dan Biografi Mario Teguh mendapatkan berbagai penghargaan yang diraihnya antara lain: beliau mendapatkan penghargaan dari MURI pada tahun 2003 karena telah mengadakan sebuah seminar yang memberikan door prize sebuah mobil. Ini merupakan door prize pertama terbesar di Indonesia dalam sebuah seminar. Selain itu pada tahun 2010, Mario Teguh mendapatkan penghargaan dari surat kabar Republika sebagai tokoh perubahan pada tahun 2009. Mario Teguh membuat beberapa buku yang laris dipasaran antara lain buku yang berjudul Becoming a Star, One Million Second Chances, Life Changer dan Leadership Golden Ways.
Profil dan Biografi Mario Teguh mendapatkan berbagai penghargaan yang diraihnya antara lain: beliau mendapatkan penghargaan dari MURI pada tahun 2003 karena telah mengadakan sebuah seminar yang memberikan door prize sebuah mobil. Ini merupakan door prize pertama terbesar di Indonesia dalam sebuah seminar. Selain itu pada tahun 2010, Mario Teguh mendapatkan penghargaan dari surat kabar Republika sebagai tokoh perubahan pada tahun 2009. Mario Teguh membuat beberapa buku yang laris dipasaran antara lain buku yang berjudul Becoming a Star, One Million Second Chances, Life Changer dan Leadership Golden Ways.
PENGALAMAN KARIR MARIO TEGUH
- BIMC sebagai Head of Manager, Zamre Ab. Wahab
- Citibank Indonesia (1983–1986) sebagai Head of Sales
- BSB Bank (1986–1989) sebagai Manager Business Development
- Aspac Bank (1990–1994) sebagai Vice President Marketing & Organization Development
- Exnal Corp Jakarta (1994–sekarang) sebagai CEO dan Senior Consultant
- Spesialisasi: Business Effectiveness Consultant
PENDIDIKAN MARIO TEGUH
- Jurusan Arsitektur New Trier West High (setingkat SMA) di Chicago, Amerika Serikat, 1975.
- Jurusan Linguistik dan Pendidikan Bahasa Inggris, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang (S-1).
- Jurusan International Business, Sophia University, Tokyo, Jepang.
- Jurusan Operations Systems, Indiana University, Amerika Serikat, 1983 (MBA)
BUKU MARIO TEGUH
- Becoming a Star (2006)
- One Million Second Chances (2006)
- Life Changer (2009)
- Leadership Golden Ways (2009)
PENGHARGAAN MARIO TEGUH
- 2010 | Satu dari 8 Tokoh Perubahan 2009 versi Republika.
- 2010 | Museum Rekor Indonesia sebagai motivator dengan halaman penggemar Facebook terbesar di Indonesia.
- 2003 | Museum Rekor Indonesia, MURI, sebagai penyelenggara seminar berhadiah mobil pertama di Indonesia.
PERBANDINGAN KARAKTER ANTARA ORANG
YANG SEKSES KARENA WIRAUSAHA DAN ORANG YANG SUKSES KARRENA BEKERJA
KARAKTERISTIK ORANG YANG SUKSES KARNA WIRAUSAHA
1.
Seorang wirausaha mampu menciptakan
inovasi-inovasi baru
2.
Memulai usaha dari nol dengan bermodalkan tekat,
kemampuan dan rasa percaya diri
3.
Pantang menyerah dan tidak mudah putus asa
4.
Tetap sabar walaupun kadang usahanya bangkrut
dan terus optimis sehingga usahanya bisa sukses kembali
5.
Tekun
6.
Pekerja keras tidak mengenal lelah demi
kesuksesan usahanya
7.
Disiplin
KARAKTERISTIK ORANG YANG SUKSES KARNA BEKERA
1.
Pandai dan cerdas
2.
Tekun dalam bekerja
3.
Tidak malas
4.
Rajin dan giat dalam bekerja
5.
Disiplin
KARAKTERISTIK
WIRAUSAHA YANG INGIN SAYA MILIKI
1.
Ingin bisa menciptakan inovasi-inovasi baru
2.
percaya
diri
3.
Pantang menyerah dan tidak mudah putus asa
4.
Tekun
5.
Pekerja keras
6.
Sabar
7.
Optimis
8.
Disiplin
Dari semua sikap inilah yang ingin
saya miliki agar saya bisa menjadi seperti apa yang saya impikan, menjadi
seorang wirausaha yang sukses dengan usia semuda mungkin, karna tanpa memiliki
sikap seperti di atas rasanya mustahil jika kita bisa mencapai kesuksesan yang
kita inginkan.
SUMBER
Ø
m.merdeka.com/profil/indosenesia/d/dahlan-iskan/